![]() |
picture by http://nonikhairani.com/ |
Hujan selalu mengingatkan ku
pada Rama karna awal kisah kita pun dimulai dari hujan. Di bawah payung biru
muda, diantara derasnya air hujan yang turun, Rama mengutarakan isi hatinya dan
menawarkan diri tuk jadi pelindungku. Sejak saat itu kisah cinta kita dimulai.
Masa pacaran ala anak kampus yang ngekos memang membuat kita lebih bisa
berpikir dewasa. Berhemat bersama dan saling menjaga diri dari pergaulan anak
muda yang semakin kacau. Itulah arti cinta dan kasih sayang bagi diriku dan
Rama.
Sudah 3 tahun sejak semester
2 kita bersama. Pendidikan S1 Akuntansi yang kita ambil akhirnya menjadikan
kita sebagai sarjana ekonomi. Namun dibalik kebahagiaan gelar sarjana ini, aku
dan Rama harus berpikir kedepan mengenai hubungan kita. Karna kita harus
bekerja dan bahkan akan terpisah oleh Selat Sunda dan Laut Jawa. Yah, dia harus
kembali ke pulau Laskar Pelangi, Belitung. Sedangkan aku memilih tuk tetap
tinggal di kota Atlas, Semarang ini.
Meski pun harus terpisah
oleh jarak, kita tak mempermasalahkan hal tersebut. Dari awal aku dan Rama
punya komitmen untuk senantiasa menabung untuk masa depan kita bersama. Ilmu,
uang, dan kedewasaan kita untuk menjalankan rumah tangga kita kelak. Jadi udah
jauh-jauh hari kita memikirkan hubungan jarak jauh yang pasti akan kita jalani
suatu hari nanti. And this is the day.
Siang ini setelah kemarin
kami melaksanakan upacara wisuda, aku mengantar Rama ke bendara. Hujan di siang
itu seakan ingin menyamarkan air mata ku yang mengalir di pipi. Meski pun aku
ikhlas harus menjalani LDR ini, Tapi rasa takut kehilangan selalu menyelimuti
pikiran ku. Meskipun aku tau Rama pasti merasakan hal yang sama, tapi Rama
selalu menguatkan ku dengan senyuman cerianya. Ya, itu yang selalu membuatku
lebih tenang dan nyaman.
Setibanya di kota Laskar
Pelangi, kita langsung skypyan.
Smartphone yang kita punya selalu mendukung kita tuk mengurangi rasa kangen dan
rasa cemas satu sama lain.
“Alhamduliillah aku nyampe
dengan selamat, Sayang.”
“Fiuh, syukurlah. Tapi aku udah kangen aja walo baru beberapa jam
yang lalu. Hehehe”
“Peluk cium Sayang ku...moga
kita cepet bisa bertemu lagi. Tunggu aku tuk melamarmu.”
“Sayang selalu membuatku
makin kangen. I will always waiting for
you My Honey.”
Malam ini turun hujan dan
membuatku makin merindukan Rama. Aku hanya bisa berjalan diantara
langkah-langkah kaki disekitarku, di bawah payung merah jambu bermotif beruang
yang Rama berikan sebagai hadiah valentine tahun lalu. Dan dalam situasi
seperti sekarang, aku ngerasa Rama selalu menemani langkahku. Jadi aku nggak
ngerasa sendiri, hanya saja...
Pasangan sejoli yang lalu
lalang dihadapanku selalu menyiksa batin ku. Makan bareng, bercanda bareng,
main air bareng dikala hujan, itu semua membuat ku iri. Disitu aku ngerasa
nggak jauh beda dengan seorang jomblo, meski hati ku terikat oleh Rama yang
jauh di sana. Mungkin aku hanya butuh bersabar.
Kesibukan kerjaan kita
membuat aku dan Rama tak sesering dulu dalam berkomunikasi. Rama memang tipe
cowok romantis, tapi belakangan aku ngerasa dia berubah. Mungkin dia emang
bener-bener sibuk atau mungkin dia....tak peduli dengan ku dan ketemu sama
cewek lain? Amit-amit, jangan sampe aku berpikir gitu, kita kan udah saling
janji dan aku pun bener-bener ngejaga hati ini selama 5 taun hanya untuk Rama
seorang, kalo ini bener-bener terjadi, itu artinya semua perjuangan dan
pengorbanan ku selama ini cuman sia-sia dong. Oh no!!
“Ram, aku merindukanmu
sayang”, aku mengirimnya SMS.
No
replay until about 5 hours. What is it mean?
“Melodi ndut ku yang
tersayang, seberapa kangennya kamu sama aku? Paling juga nggak bisa ngalahin
rasa rinduku ke kamu.” Balas Rama yang selalu meruntuhkan pikiran negatifku.
Jam pulang pun tiba, dan aku
segera bergegas untuk pulang berharap bisa skypyan
dengan Rama. Tapi Rama off, dia pun tak membalas SMS ku. Nomornya nggak
aktif. Aku pun gelisah hingga malam pun tiba. Ku baringkan badan ku di atas
kasur berbalut kain sepray warna jingga bermotif bunga. Kegelisahan ku semakin
bertambah ketika hujan turun dengan sangat derasnya. Handphone ku berdering dan
terlihat jelas nama RamSa di sana, Rama Sayang. Dia di depan rumah dengan
membawa payung birunya.
![]() |
picture by favim.com |
“Thanks for trusting and waiting me, Honey. Will you marry me?” Rama
memayungiku dan menunjukkan sebuah cincin untuk ku.
“Of course..”