Berawal dari kepergian ku menuju
tempat les. This Saturday, aku harus
kembali mengikuti placement test setelah
hampir setahun aku off dari tempat les ku. Soalnya terakhir kali, karna program
tertentu di kampus, aku harus join ke lembaga les lainnya.
Siang itu aku berangkat seperti
biasa, yaitu 1 jam sebelum jadwal tes dimulai, maklum Fitria kan super tepat
waktu kalau ngapa-ngapain. Kecuali tepat waktu buat bayar utang, soalnya aku
nggak punya utang. #ndak yo? Dengan
modal motor pinjeman sahabat karibku, Fiky (bukan
nama cowok lho, ntar kayak kakakku yang ngira si Fiky pacarku pas SMA. Emang
aku lesbi? :D), aku menempuh kira-kira 25 km dari kosan. Aku pikir bakalan
ngabisin waktu 30 menitan, eh ternyata cuman 15 menit karna lewat jalan pintas.
Sesamapainya diruang ujian, aku sendirian. Belum ada satu orang pun yang
dateng. Setelah kira-kira 15 menit menunggu, ada petugas yang nempelin kertas
di pintu ruangan dimana aku duduk sendirian di dalamnya. Beberapa detik
kemudian aku keluar buat ngeliat pengumuman apa yang ada dikertas.
Aku pikir itu kertas adalah
nama-nama peserta ujian, tapi ternyata pengumuman kalau ruangannya pindah di
ruang sebelah. Dan bagusnya lagi, di situ kumpul sama anak-anak SMP. Iya, soalnya
akibat dari kurangnya jumlah pengawas yang pada ada kegiatan lain di luar,
akhirnya si calon siswa program English
for Teenager (EA) harus digabung dengan English
for Adult (EA). Dari sinilah dimulai kembali suggestion that I’m a junior high school student, yang artinya aku
dianggap sebagai anak SMP lagi, padahal kemarin-kemarin senggaknya aku dianggap
anak SMA, dan walau sesekali, aku dianggap sebagai seorang mahasiswa. Padahal
kan emang aslinya aku itu mahasiswa.( -_-“)
Tak hanya sekali dalam sehari waktu
itu, tapi tiga kali. Pertama karyawasn yang nempel kertas pengumuman, kedua
bapa-bapak yang nganterin anaknya yang masih SMP buat plasement test but in ET program, dan terakhir adalah anak SMA
kelas XI yang juga ikut placement test EA kayak aku. Dan kesemuanya
akhirnya bilang maaf setelah mereka tanya, “Mbaknya SMA atau SMP? SMA mana?”
Dan aku menjawab, “Udak kuliah”. Pas lanjut ada yang tanya semester berapa,
bingung..mau jujur buat bilang semester 5, tapi kok unyunya nggak ketulungan? Ntar
malah dikira bohong. :D Jadi inget waktu itu. ->
Malam itu aku udah janjian ama
temen srombelku buat ngembaliin buku yang udah aku pinjem. Doi mau sekalian
jalan sama pacarnya, panggil aja Mrs. S. Pas ketemu di gang depan kosan, aku
langsung ngasihin bukunya dan nggak banyak bicara saat itu. Kan nggak enak sama
cowoknya kalau kelamaan, orang doi mau jalan bareng. Dan keesokan harinya pas
dikampus, Mrs. S bilang kalau semalem cowoknya mikir aku adalah adek temen
kampus Mrs. S yang masih duduk di bangku SMP, yang disuruh sama kakaknya buat
ngembaliin buku si pacar. #mak jleb
Jadi sebenernya aku harus seneng
karna atinya aku masih keliatan muda dan nggak punya muka boros, atau
sebeliknya? Aku harus dandan lebih keliatan kayak seorang mahasiswa? Emang
dandanan seorang mahasiswa gimana sih yang bener? Emang selama ini aku nggak
bener? Hehehe. Tapi menurut Fitria pribadi, yang terpenting adalah
kebijaksanaan kita, intelektual kita, dan juga sikap kita udah sesuai sama usia
kita. Bukan malah childist.. :)