Persahabatan bagi ku adalah suatu
hal yang sangat berharga dalam hidup. Tanpa sahabat mungkin hidup kita akan
terasa hambar, hampa, dan kelabu, tak berwarna. Untuk itu aku sangat bersyukur
punya banyak teman dan sahabat di sekeliling ku, yang senantiasa menyayangi ku.
Fitria yakin, kalian pun demikian.
Jujur, Fitria pribadi sering
ngerasa sepi ketika kemana pun aku sering sendiri. Sebenernya bukan karna aku
nggak punya kawan, tapi mungkin aku susah menemukan momen yang pas buat masuk
ke dalam suatu pembicaraan tertentu. Mungkin karna minat, atau mungkin pula
karna pola pikir. Jadi terkadang, aku lebih memilih untuk diam.
Perasaan ini pertama kali muncul
ketika aku duduk di bangku SMP kelas IX. Aku ngerasa pola pikirku terlalu
dewasa dibanding temen-temen ku, tapi saat itu aku masih bisa berbaur dan punya
3 sahabat deket, sebut aja mereka Mrs.
S, Mrs. N, n’ Mrs. Y. Kemana pun kita selalu berempat dan bisa dibilang tak
terpisahkan. Diantara kami berempat, aku sering jadi dokter cinta buat mereka.
Tak hanya mereka, tapi temen-temen lain juga, cowok sekali pun. Sampai-sampai,
waktu itu aku punya 2 sahabat cowok dari SMP lain. Kita sering banget SMSan dan
mereka sering curhat gitu ke aku, terlebih soal cewek mereka. Tapi apesnya, kedua
cewek sahabat ku itu ngira kalo aku adalah selingkuhannya. Setelah dijelasin
panjang x lebar x tinggi dan dibantu cowok mereka, mereka pun percaya n’ngerti.
Dan akhirnya, mereka juga temenan sama aku. Hehehe
Saat SMA, aku pun punya temen-temen
yang baik hati. Sejak kelas X sampe kelas XII, Alhamdulillah anak-anaknya pada
seru. Anak-anak pada suka manggil aku Mbak Yayah. Ya, Yayah adalah nama
kecilku, diambil dari nama depanku, Dyah. Nama itu sampai sekarang sering
dipakai sama teman-temenku SMA. Dan nama itu mulai muncul di kelas sejak temen
sekelasku yang juga tetangga aku, terbiasa manggil aku begitu. So, anak-anak
pada ngikut deh. Tapi jauh lebih baik lah daripada sebutan dulu pas SMP.
Ngatmi, plesetan dari Atmi (Dyah Atmi Fittrias Tuti, yang merupakan revisi nama
untuk kelengkapan dokumen negara, dimana namaku yang sebenernya adalah Dyah
Atmi Fitri Astuti). Walau aku dulu dari IPA, dimana menurut anak IPS
anak-anaknya nggak asik n’individualismenya tinggi, tapi menurut aku, itu nggak
berlaku buat temen-temen ku. Tergantung pribadi orang masing-masing sih
sebenernya.
![]() |
You are the best, Ganks :* |
Dan semenjak kuliah, dimana aku
pertama kalinya jadi anak kos yang jauh dari rumah, balik sebulan sekali, aku
takut kalau sifat minderannya aku kian menguat. Hingga aku putuskan buat belajar
jadi seorang akivis, dengan harapan public
speaking ku bisa bagus n’bisa jadi orang yang PD nggak minderan lagi, bukan
kePDan apalagi sombong, pastinya. Awal-awal semester berjalan lancar, tapi
kira-kira menjelang semester 4 aku mulai bosan dikelas. Serasa orang-orang
sibuk dengan dunianya masing-masing, sahabat-sahabat dekat mereka, dan aku agak
takut buat mengusik keceriaan mereka. Mungkin hanya pikiranku aja, karna
sebenernya siapapun yang hadir ditengah canda tawa mereka akan diterima dan
malah diajak ketawa bareng. Hingga akhirnya aku lebih memilih diem saat
dikelas, hanya sesekali pada momen tertentu cerewet n’humoris ku keluar.
Masalahnya, image ku di kelas atau dikampus, kecuali orang-orang yang udah bener-bener
kenal aku itu adalah cewek seriusan dan pendiem. Jadi aku pun bingung kalau mau
ngeluarin sisi cerewet n’ agak sedikit lucuku.
![]() |
Thank alot for all, Guys :) I'm be glad to know you |
Thanks for your purity, Bro |
Hingga belakangan aku deket sama
seseorang dari kelas sebelah, dimana dia adalah cowok yang gokil, humoris, dan
punya banyak temen. Karna kita sempet sering jalan bareng sama temen-temennya
juga, aku mulai akrab dengan mereka. Meskipun mungkin kedekatan kita nggak
berlanjut, tapi aku harap hubungan baik ini akan senantiasa terjalin.
Sebenernya bukan setatus pacar, kekasih, dan sejenisnya yang sekarang ini aku
butuh kan, tapi lebih ke sosok orang-orang yang selalu nganggep aku ada, bisa
ngajak aku ketawa bareng, dan nggak pernah ngebiarin aku sendiri. Harapan aku simple, aku nggak ingin dilupakan. Berat
memang kedengarannya, tapi aku harap, ada orang-orang yang selalu ngerasa ada
yang hilang ketika aku nggak ada dalam kebersamaan itu, bahasa gaulnya, “Nggak
ada loe nggak rame”. Aku nggak mempermasalahkan gender dalam pertemanan, karna
aku udah biasa deket sama cowok sekali pun sejak aku baru lahir sekalipun. Ya,
karna aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara dengan dua kakak laki-laki
yang usianya jauh diatasku. Mungkin itu alasan terbesarnya. Terimakasih untuk
semua orang yang menyayangiku, yang selalu menganggapku ada, yang mau
mengajakku tertawa bersama, menangis bersama, dan mengisi hari-hari kalian
bersama. Aku harap, semua nggak akan pernah berakhir, tapi malah bisa lebih
dekat seperti Saudara. Merci..