Read Me

Rabu, 11 September 2013

Kalian Berharga, Bukan Hanya Dia

Persahabatan bagi ku adalah suatu hal yang sangat berharga dalam hidup. Tanpa sahabat mungkin hidup kita akan terasa hambar, hampa, dan kelabu, tak berwarna. Untuk itu aku sangat bersyukur punya banyak teman dan sahabat di sekeliling ku, yang senantiasa menyayangi ku. Fitria yakin, kalian pun demikian.

Jujur, Fitria pribadi sering ngerasa sepi ketika kemana pun aku sering sendiri. Sebenernya bukan karna aku nggak punya kawan, tapi mungkin aku susah menemukan momen yang pas buat masuk ke dalam suatu pembicaraan tertentu. Mungkin karna minat, atau mungkin pula karna pola pikir. Jadi terkadang, aku lebih memilih untuk diam.

Perasaan ini pertama kali muncul ketika aku duduk di bangku SMP kelas IX. Aku ngerasa pola pikirku terlalu dewasa dibanding temen-temen ku, tapi saat itu aku masih bisa berbaur dan punya 3 sahabat deket, sebut aja mereka  Mrs. S, Mrs. N, n’ Mrs. Y. Kemana pun kita selalu berempat dan bisa dibilang tak terpisahkan. Diantara kami berempat, aku sering jadi dokter cinta buat mereka. Tak hanya mereka, tapi temen-temen lain juga, cowok sekali pun. Sampai-sampai, waktu itu aku punya 2 sahabat cowok dari SMP lain. Kita sering banget SMSan dan mereka sering curhat gitu ke aku, terlebih soal cewek mereka. Tapi apesnya, kedua cewek sahabat ku itu ngira kalo aku adalah selingkuhannya. Setelah dijelasin panjang x lebar x tinggi dan dibantu cowok mereka, mereka pun percaya n’ngerti. Dan akhirnya, mereka juga temenan sama aku. Hehehe

Saat SMA, aku pun punya temen-temen yang baik hati. Sejak kelas X sampe kelas XII, Alhamdulillah anak-anaknya pada seru. Anak-anak pada suka manggil aku Mbak Yayah. Ya, Yayah adalah nama kecilku, diambil dari nama depanku, Dyah. Nama itu sampai sekarang sering dipakai sama teman-temenku SMA. Dan nama itu mulai muncul di kelas sejak temen sekelasku yang juga tetangga aku, terbiasa manggil aku begitu. So, anak-anak pada ngikut deh. Tapi jauh lebih baik lah daripada sebutan dulu pas SMP. Ngatmi, plesetan dari Atmi (Dyah Atmi Fittrias Tuti, yang merupakan revisi nama untuk kelengkapan dokumen negara, dimana namaku yang sebenernya adalah Dyah Atmi Fitri Astuti). Walau aku dulu dari IPA, dimana menurut anak IPS anak-anaknya nggak asik n’individualismenya tinggi, tapi menurut aku, itu nggak berlaku buat temen-temen ku. Tergantung pribadi orang masing-masing sih sebenernya.

You are the best, Ganks :*
Dan semenjak kuliah, dimana aku pertama kalinya jadi anak kos yang jauh dari rumah, balik sebulan sekali, aku takut kalau sifat minderannya aku kian menguat. Hingga aku putuskan buat belajar jadi seorang akivis, dengan harapan public speaking ku bisa bagus n’bisa jadi orang yang PD nggak minderan lagi, bukan kePDan apalagi sombong, pastinya. Awal-awal semester berjalan lancar, tapi kira-kira menjelang semester 4 aku mulai bosan dikelas. Serasa orang-orang sibuk dengan dunianya masing-masing, sahabat-sahabat dekat mereka, dan aku agak takut buat mengusik keceriaan mereka. Mungkin hanya pikiranku aja, karna sebenernya siapapun yang hadir ditengah canda tawa mereka akan diterima dan malah diajak ketawa bareng. Hingga akhirnya aku lebih memilih diem saat dikelas, hanya sesekali pada momen tertentu cerewet n’humoris ku keluar. Masalahnya, image ku di kelas atau dikampus, kecuali orang-orang yang udah bener-bener kenal aku itu adalah cewek seriusan dan pendiem. Jadi aku pun bingung kalau mau ngeluarin sisi cerewet n’ agak sedikit lucuku.


Thank alot for all, Guys :)
I'm be glad to know you
Thanks for your purity, Bro
Hingga belakangan aku deket sama seseorang dari kelas sebelah, dimana dia adalah cowok yang gokil, humoris, dan punya banyak temen. Karna kita sempet sering jalan bareng sama temen-temennya juga, aku mulai akrab dengan mereka. Meskipun mungkin kedekatan kita nggak berlanjut, tapi aku harap hubungan baik ini akan senantiasa terjalin. Sebenernya bukan setatus pacar, kekasih, dan sejenisnya yang sekarang ini aku butuh kan, tapi lebih ke sosok orang-orang yang selalu nganggep aku ada, bisa ngajak aku ketawa bareng, dan nggak pernah ngebiarin aku sendiri. Harapan aku simple, aku nggak ingin dilupakan. Berat memang kedengarannya, tapi aku harap, ada orang-orang yang selalu ngerasa ada yang hilang ketika aku nggak ada dalam kebersamaan itu, bahasa gaulnya, “Nggak ada loe nggak rame”. Aku nggak mempermasalahkan gender dalam pertemanan, karna aku udah biasa deket sama cowok sekali pun sejak aku baru lahir sekalipun. Ya, karna aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara dengan dua kakak laki-laki yang usianya jauh diatasku. Mungkin itu alasan terbesarnya. Terimakasih untuk semua orang yang menyayangiku, yang selalu menganggapku ada, yang mau mengajakku tertawa bersama, menangis bersama, dan mengisi hari-hari kalian bersama. Aku harap, semua nggak akan pernah berakhir, tapi malah bisa lebih dekat seperti Saudara. Merci..

Sabtu, 07 September 2013

Mahasiswa Bermuka Siswa SMP (Pujian vs Sindiran)

Berawal dari kepergian ku menuju tempat les. This Saturday, aku harus kembali mengikuti placement test setelah hampir setahun aku off dari tempat les ku. Soalnya terakhir kali, karna program tertentu di kampus, aku harus join ke lembaga les lainnya.

Siang itu aku berangkat seperti biasa, yaitu 1 jam sebelum jadwal tes dimulai, maklum Fitria kan super tepat waktu kalau ngapa-ngapain. Kecuali tepat waktu buat bayar utang, soalnya aku nggak punya utang. #ndak yo? Dengan modal motor pinjeman sahabat karibku, Fiky (bukan nama cowok lho, ntar kayak kakakku yang ngira si Fiky pacarku pas SMA. Emang aku lesbi? :D), aku menempuh kira-kira 25 km dari kosan. Aku pikir bakalan ngabisin waktu 30 menitan, eh ternyata cuman 15 menit karna lewat jalan pintas. Sesamapainya diruang ujian, aku sendirian. Belum ada satu orang pun yang dateng. Setelah kira-kira 15 menit menunggu, ada petugas yang nempelin kertas di pintu ruangan dimana aku duduk sendirian di dalamnya. Beberapa detik kemudian aku keluar buat ngeliat pengumuman apa yang ada dikertas.

Aku pikir itu kertas adalah nama-nama peserta ujian, tapi ternyata pengumuman kalau ruangannya pindah di ruang sebelah. Dan bagusnya lagi, di situ kumpul sama anak-anak SMP. Iya, soalnya akibat dari kurangnya jumlah pengawas yang pada ada kegiatan lain di luar, akhirnya si calon siswa program English for Teenager (EA) harus digabung dengan English for Adult (EA). Dari sinilah dimulai kembali suggestion that I’m a junior high school student, yang artinya aku dianggap sebagai anak SMP lagi, padahal kemarin-kemarin senggaknya aku dianggap anak SMA, dan walau sesekali, aku dianggap sebagai seorang mahasiswa. Padahal kan emang aslinya aku itu mahasiswa.( -_-“)

Tak hanya sekali dalam sehari waktu itu, tapi tiga kali. Pertama karyawasn yang nempel kertas pengumuman, kedua bapa-bapak yang nganterin anaknya yang masih SMP buat plasement test but in ET program, dan terakhir adalah anak SMA kelas  XI yang juga ikut placement test EA kayak aku. Dan kesemuanya akhirnya bilang maaf setelah mereka tanya, “Mbaknya SMA atau SMP? SMA mana?” Dan aku menjawab, “Udak kuliah”. Pas lanjut ada yang tanya semester berapa, bingung..mau jujur buat bilang semester 5, tapi kok unyunya nggak ketulungan? Ntar malah dikira bohong. :D Jadi inget waktu itu. ->

Malam itu aku udah janjian ama temen srombelku buat ngembaliin buku yang udah aku pinjem. Doi mau sekalian jalan sama pacarnya, panggil aja Mrs. S. Pas ketemu di gang depan kosan, aku langsung ngasihin bukunya dan nggak banyak bicara saat itu. Kan nggak enak sama cowoknya kalau kelamaan, orang doi mau jalan bareng. Dan keesokan harinya pas dikampus, Mrs. S bilang kalau semalem cowoknya mikir aku adalah adek temen kampus Mrs. S yang masih duduk di bangku SMP, yang disuruh sama kakaknya buat ngembaliin buku si pacar. #mak jleb

Jadi sebenernya aku harus seneng karna atinya aku masih keliatan muda dan nggak punya muka boros, atau sebeliknya? Aku harus dandan lebih keliatan kayak seorang mahasiswa? Emang dandanan seorang mahasiswa gimana sih yang bener? Emang selama ini aku nggak bener? Hehehe. Tapi menurut Fitria pribadi, yang terpenting adalah kebijaksanaan kita, intelektual kita, dan juga sikap kita udah sesuai sama usia kita. Bukan malah childist.. :)