Read Me

Kamis, 18 Februari 2016

Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat

Pernahkah kau memiliki impian yang sebenarnya bisa kau capai tapi kau selalu menundanya karna berbagai alasan. Jika pernah, berarti kita sama. Cie, jangan-jangan kita jodoh (apaan sih ini. hahhaha). Sebenernya keinginan dan impian untuk mendaki gunung telah ada sejak aku menjadi seorang mahasiswa. Akan tetapi apalah dayaku yang tak mampu mengantongi restu orang tuaku yang teramat sangat menyayangi dan mengkhawatirkan ku. Terlebih dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai musibah yang menimpa beberapa pendaki gunung, mulai dari tersesat, hipotermia, terbakar, bahkan hingga meninggal dunia. Tapi Sobat, percayalah jika Allah mengijinkan, tak akan ada yang tak mungkin. Yang pasti adalah, sebagai umatnya, kita hanya harus berusaha, berdoa hingga akhirnya bertawakkal kepadanya.

Sebagai pendaki yang sangat awam, dalam pendakian pertama ku ini, aku harus mempersiapkan banyak hal. Persiapan yang dimaksud tak hanya fisik dan peralatan, tetapi juga mental. Yah, kita nggak boleh ragu dalam melangkah dan mengambil keputusan selama perjalanan. Sebagai seorang newbie aku banyak nanya sama tim ku yang emang dah jauh lebih pengalaman dan ngerti soal mendaki gunung. Dan pastikan kalo kamu orang baru juga kayak aku, kamu harus melakukan pendakian dengan tim yang pengalaman dan mengerti medan gunung yang akan kau daki. Karna naik gunung nggak cuman soal berani bahkan salah jika ada orang yang mau naek gunung cuman pengen dibilang keren ato ngehits. Tujuan kamu aja udah salah. Terlebih kalo sampe ninggalin sampah dan ngerusak alam sekitar, mending kamu ke mall ato ke tempat hits yang nggak berhubungan dengan alam. Tau kenapa? Karna ngejaga alam dan mempertahankannya buat tetep indah aja udah susah, apa lagi tambah dirusak? Nggak heran banyak bencana alam ini itu, karna semua kembali ke diri kita masing-masing.

Balik lagi ke topik utamanya, yah Gunung Guntur. Gunung ini terletak di kota Garut dan berdekatan dengan Gunung Cikuray serta Gunung Papandayan. Walo ketinggiannya hanya mencapai 2.249 mdpl, track untuk mendakinya cukup menguras tenaga. Karna dengan track baru (setelah terjadi longsor di sekitar jalur pendakian sebelumnya), untuk mencapai puncak 1 kita harus mendaki dari pos 3 (yang sekarang menjadi area camping) kita harus melalui jalur berkerikil dan terjal. Nggak sedikit yang terpeleset bahkan jatuh tergelinding dalam jalur ini. Selain itu, pernah ada korban yang meninggal dunia karna kepalanya terkena batu dari atas. Jadi ingat bahwa harus selalu sigap, fokus, dan hati-hati selama pendakian. Harus siap kuping untuk mendengar teriakan pendaki lain bahwa ada batu dari atas. Dan rekomen banget buat pake sepatu ketimbang sendal gunung. Enak lagi biar nggak kemasukan kerikil-kerikil ke sepatu, pakai penutup kaki yang dari lutut hingga kaki (dibaca:greter).

Sayangnya pada saat itu kabut cukup tebal hingga akhirnya aku nggak bisa ngeliat sunrise dan lautan awan. Tapi keindahan yang terpampang nyata di depan mata ku sudah cukup membuat ku puas menikmati perjalanan pertama ku buat mendaki gunung. Berbeda dengan gunung di daerah Jawa Tengah, gunung di daerah Jawa Barat tidak sedingin disana. Akan tetapi ingat tetap bawa jaket, sleeping bag dll, dan ketika turun hujan, non aktifkan data celluler handphone mu (fyi: dipuncak Gunung Guntur pun lu bakalan tetep mendapatkan signal yang kenceng) buat ngehindarin sambaran petir.

Selamat mendaki teman-teman pendaki…ingatlah bahwa puncak bukanlah tujuan utama dalam pendakian gunung, akan tetapi pulang dengan selamat ke rumah adalah tujuan utamanya. Berikut foto-foto ku bersama tim yang luar biasa selama di Gunung Guntur:

Awal Perjalanan Kita di Mulai (Masih Ber 7)

Kebayangkan gimana track turunnya??
Ini di titik GPS (Puncak 1)
*Abaikan mas-mas di sebelah
City Lightnya Kota Garut
Gunung Papandayan terlihat di sana

Tim yang ke Puncak cuman 6, karna yang satu asik tidur dan jaga tenda
Terakhir, jangan lupa untuk saling menjaga dan membantu pendaki lain ya, terlebih anggota tim kalian. (*tapi ini terlihat lebih sedikit agak romantis)

Comments
0 Comments

0 komentar: