**Kalau ada yang belum
tau ato lupa part I, baca disini yah
Seperti mimpi dan kisah romantis yang pernah
ada di cerita kebanyakan, tapi inilah yang terjadi. Dody namanya. Dody adalah
mahasiswa yang ternyata kuliah di universitas yang sama denganku. Dan tanpa ku
sadari, dia ada di jurusan dan angkatan yang sama denganku, meskipun beda
rombel. Jadi pantas kalo saat itu aku familiar dengan wajahnya. Dody adalah
seorang yang humoris dan ringan tangan, tapi dia agak culun. Sebelum menjadi
kekasih hatiku, dia memang seseorang yang nggak peduli sama sekali dengan
penampilannya. Kumis tipis dan jambang yang terkesan tidak rapi, wajah yang
kusam dan berminyak dengan sedikit titik jerawat di tepi pipi kanan dan kirinya
membuat dia terlihat lebih tua dari umurnya yang sebenernya.
Tampilannya yang seperti itu bukanlah menjadi
masalah bagiku, akan tetapi setelah dekat denganku dia memperlihatkan
kepeduliannya terhadap penampilannya. Yang pasti aku nggak pernah memaksanya
tuk merubah penampilan, hanya memberikan masukan dan memang dia nyaman dan
menikmati perubahan itu. Tak sedikit cewek yang memang menilainya lebih
terlihat tampan. Yah, dia memang seseorang yang bisa dibilang publik figur.
Publik figur didunia maya tepatnya. Mulai dari aktif di instagram, twitter,
blog, bahkan tampil di beberapa event
sebagai MC dan Komika. Siapa sangka si culun menjadi semakin banyak penggemar
sekarang?
Sebagai kekasihnya aku patut membanggakan diri
karna memilikinya, hingga akhirnya rasa sakit ini membuatku berpikir bahwa ada
wanita lain yang yang memang lebih pantas baginya. Betapa besarpun rasa sayang
ini untuknya tidak membuatku ragu untuk akhirnya melepaskannya saat aku tahu
bahwa ada wanita lain yang juga selama ini mencintainya secara tulus.
Aku mulai sadar bahwa kondisi fisikku semakin
melemah dan karna dalam ukurun waktu hampir seminggu mendorongku untuk
memeriksakan diri ke dokter. Dokter memeberikan rujukan ke rumah sakit, hingga
akhirnya aku tahu bahwa ginjalku bermasalah dan aku harus melakukan cuci darah
secara rutin. Awalnya aku sulit menerimanya tapi ketika aku menceritakan
semuanya kepada Dody, I feel better.
Tanpa ku pungkiri, Lintang yang senantiasa
bersinar terang perlahan semakin meredup dan sesekali bahkan tak bersinar.
Sejak aku kembali ke daerah asalku, akupun menjalin hubungan jarak jauh alias
LDR dengan Dody. Selain karna agar lebih mudah menjalani pengobatan dan dekat
dengan keluarga, akupun telah diterima di salah satu perusahaan swasta di
daerahku.
Setelah sekitar tiga bulan aku menjalani Long Distance Relationship (LDR) dengan
Dody, dia agak berubah. Sikapnya lebih dingin tak sedingin biasanya. Meskipun
aku tau bahwa Dody adalah tipe cowok cuek. Dan pada akhirnya aku tau dari
sahabatnya bahwa dia mulai dekat dengan wanita lain. Sedikit kecewa
mendengarnya namun aku berusaha untuk bersikap biasa dan tak mempercayai apa
yang telah dikatakan Niko, sahabat Dody. Hingga akhirnya aku menanyakan hal
tersebut kepada Dody dan jawabanya membuatku kecewa tetapi harus tetap
mengikhlaskan.
Saat itu aku sadar bahwa dalam menjalani
hubungan jarak memang tak seharunya menjadi suatu masalah, akan tetapi harunya
dijadikan sebagai kekuatan tuk saling menguatkan. Mudahnya aku mendapatkan
cintanya hingga akhirnya dipersatukan dengan mudahnya kita terpisahkan bukan
merupakan sesuatu hal yang pantas dinilai aneh. Harusnya aku lebih bersyukur
karna aku dan dia bukanlah pasangan yang awalnya dipersatukan dengan
ketidakmudahan akan tetapi diakhir hubungan diakhiri dengan kemudahan untuk
memutuskan jalinan kasih.
Meskipun aku mencoba mengikhlaskannya, namun
tak bisa ku pungkiri aku senantiasa memikirkannya bahkan mendoakannya agar dia
senantiasa bahagia. Meskipun kebahagiaannya sekarang tidaklah muncul karna
keberadaanku disisinya, namun aku masih bersyukur karna sempat membuatnya
tersenyum bahagia bahkan tertawa bersama. Dan jujur, kebahagiaan ku diiringi
dengan perih. Yang pasti keluarga selalu mendorongku tuk terus tersenyum,
meskipun pada kenyataannya senyuman ku tak lagi semanis dulu, senyuman ini
berubah menjadi asam.
Aku hanya berdoa agar aku Tuhan selalu
membuatku segera mengikhlaskannya dan dapat menjadi Lintang yang bersinar
sebagaimana biasanya. Tapi sepertinya itu butuh waktu yang cukup lama.
Sebagaimana teman-teman kerja ku bilang, sekarang aku berubah. Lintang semakin
redup dan mudah tersinggung. Jujur, aku tak ingin seperti itu. Aku pun
terkadang bingung harus bagaimana tuk kembali menjadi Bintang yang bersinar
seperti dulu. Mungkin menunggu pengganti sosok Dody yang mampu membuatku
bersinar kembali atau bahkan menunggu Dody kembali. Bodoh memang memikirkan
semua yang kini telah menghilang akan kembali lagi, tapi aku pun tak tau apa
yang telah direncanakan Tuhan untuk ku. Yang aku tau adalah aku harus bersabar,
tetep kuat, dan ikhlas dalam mejalani kehidupan ini dengan doa dan semangat
orang-orang yang menyayangiku selama ini, terlebih keluarga.
Meskipun Dody tak bersamaku lagi, namun aku
masih menyimpan rasa ini untuknya. Ntah sampai kapan akupun tak tahu.
*** Mohon masukannya ya. Ayo, mau happy ending ato sad ending aja nih? Mau
Lintang move on ato tetep sabar
nunggu Dody berubah pikiran? Terimakasih telah setia membaca. Meskipun selama
ini kamu hanya menjadi secreat reader
ku. Ayolah kasih kritikan bahkan masukan buat aku. Masih nanguung ini ceritanya
nggantung.